Jumat, 04 September 2009

Menyikapi Gempa: Berpikir Sebelum Bertindak

Think before act. Berpikir sebelum bertindak. Gampang diucapkan, tapi tak gampang melakukan.

Secara refleks, gempa membuat panik. Segala ilmu, pengetahuan dan latihan bisa jadi bubar dalam sekejap. Padahal gempa sudah terjadi di Indonesia sejak manusia belum ada.

Manusia hidup di alam dan bersama alam. Mustahil mengingkarinya. Sudah sepatutnya kita pahami baik-baik dan sikapi secara bijaksana.

Gempa yang terjadi di Sumatra Barat sore ini, Minggu (16/8) sekali lagi mengingatkan kita bahwa Indonesia terletak di daerah Cincin Api, The Ring of Fire. Catatan Survei Geologi Amerika Serikat, alias United States Geological Survey (USGS) menyebutkan sebagai berikut:

Earthquake Details

Magnitude 6.7

Date-Time

* Sunday, August 16, 2009 at 02:38:25 PM at epicenter

Location 1.397°S, 99.473°E

Depth 44.8 km

Region KEPULAUAN MENTAWAI REGION, INDONESIA

Distances 110 km WSW of Padang, Sumatra, Indonesia / 305 km SW of Pekanbaru, Sumatra, Indonesia

Seismograf USGS masih merekam 5 gempa besar susulan yang terjadi setelah gempa utama terjadi. Gempa susulan ber-magnitude 5.0-5.9, skala yang tak main-main. Kedalaman (depth) pusat gempa (epicenter) yang 44,8 km tergolong dangkal, dalam skala geologi.

Hingga tulisan ini dibuat belum bisa diketahui situasi di Kepulauan Mentawai, yang berada di atas pusat gempa. Sementara di Padang, tidak tercatat korban jiwa maupun bangunan rusak.

Korban jiwa karena gempa lazimnya terjadi karena terkena runtuhan bangunan. Penyebab lain adalah sapuan gelombang tsunami. Penyebab sekunder adalah korban yang jatuh lantaran mobilisasi kepanikan massa yang bisa berupa tergencet, tertabrak, terinjak-injak dan sejenisnya.

Sekali lagi kita pahami, bahwa kita hidup di alam dan bersama alam. Kita mustahil mengingkarinya. Takut akan alam pun bukan tindakan bijaksana, lantaran manusia dianugrahi akal budi untuk belajar, arif, cerdik dan bijaksana.

Tips praktis menjaga keselamatan jiwa pada saat terjadi gempa:

1. Segera lari ke tempat terbuka, agar tak terkena reruntuhan bangunan. Tak perlu membawa barang berharga karena jiwa Anda lebih berharga. Sekalian berlatih untuk tawakal dan tak bersikap mengagungkan kebendaan. Jika Anda berada dalam gedung bertingkat, turun menggunakan tangga darurat dan jangan menggunakan lift.

2. Jika berada dalam radius jarak 5 km dari garis pantai, segera mencari tempat tinggi untuk menghindari sapuan tsunami. Jika Anda tak berada dalam radius tersebut, tak perlu ikut panik mencari tempat tinggi. Jika dalam waktu 30 menit setelah gempa terjadi tidak ada surut laut mendadak, maka biasanya tidak terjadi tsunami. Tsunami pasti didahului surut laut mendadak dan tak lebih dari 30 menit sejak gempa utama terjadi.

Gempa akan selalu ada di Indonesia karena letak Tanah Air kita yang berada di The Ring of Fire. Dalam “27 Mei di Jogja, 3 Tahun yang Lalu” saya memberikan beberapa saran untuk menyikapi gempa, yakni:

1. Pemahaman tentang gempa

2. Tanggap darurat bencana

3. Tata ruang yang antisipatif

Kita sikapi semua dengan tenang dan kritis. Tak perlu terpengaruh suara-suara yang belum tentu keluar dari pihak yang terpelajar dan mengerti gempa secara ilmiah. Justru kita semakin sadar akan kedigdayaan alam, kebesaran kuasa Tuhan yang menciptakan alam dan ketidakberdayaan manusia yang justru tampak dalam keangkuhan atas alam dan sesama manusia sendiri.

Jika gempa membuat Anda gusar, mungkin beberapa hal berikut bisa mengobati:

1. Keberadaan Indonesia di The Ring of Fire memunculkan gunung api yang menyuburkan tanah dan menjadi obyek wisata.

2. Lava hasil aktivitas tektonik jika merambat ke permukaan dan menembus jenis batuan tertentu bisa menghasilkan mineral-mineral berguna dan jenis-jenis logam berharga, seperti emas, perak dan tembaga.

3. Panas dari aktivitas vulkanisme menjadi “dapur” yang bagusbagi source rock hidrokarbon. Jika mengalir ke rongga tertentu, yang cocok sebagai reservoar, bisa kita tambang sebagai minyak dan gas.

Kembali pada diri kita masing-masing. Mau menyikapi gempa secara panik atau menyikapinya secara kritis, adalah pilihan yang terpulang kepada masing-masing individu. Satwa saja bisa dengan tertib pergi dari tempat yang rawan gempa dan bisa mencari tempat berlindung tanpa panik dan berdesak-desakan. (16 Agustus 2009)

Sumber :

Kristupa W. Saragih

http://kristupa.kompasiana.com/2009/08/16/menyikapi-gempa-berpikir-sebelum-bertindak/

4 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar