Senin, 12 Oktober 2009

Korban Tewas Gempa Sumbar Menjadi 809 Orang



Jumlah korban tewas yang telah ditemukan akibat gempa 7,9 SR di Sumatra Barat (Sumbar) terus bertambah dan hingga Minggu (11/10) sore pukul 16:35 WIB telah mencapai 809 orang.

Demikian informasi yang dihimpun berdasar catatan Satkorlak Penanggulangan Bencana Sumbar di Padang, Minggu sore. Korban tewas terbanyak yang telah terdata ditemukan Kabupaten Padang Pariaman 359 orang dan Kota Padang 316 orang,

Berikut rincian korban dan kerusakan yang telah terdata:

1. Korban tewas : 809 orang
2. Korban luka berat : 891 orang
3. Korban luka ringan : 1.366 orang
4. Warga hilang : 241 orang
5. Mengungsi : 410 orang
6. Rumah rusak berat : 135.333 unit
7. Rumah rusak sedang : 62.882 unit
8. Rumah rusak ringan : 63997 unit

Korban tewas yang telah terdata dengan rincian ;

1. Kota Padang : 316 korban tewas
2. Kabupaten Padang Pariaman : 359 korban tewas
3. Kota Pariaman : 37 korban tewas
4. Kabupaten Pesisir Selatan : 11 korban tewas
5. Kota Solok : 3 korban tewas
6. Kabupaten Agam : 80 korban tewas
7. Kabupaten Pasaman Barat : 3 korban tewas.


Sumber :
11 Oktober 2009

Sumber Gambar:

Jumat, 04 September 2009

Malapetaka dan Bencana Alam

Dunia ini bukanlah tempat yang tenang dan tenteram. Kita semua rentan terhadap berbagai ancaman alam, baik dari luar maupun dari dalam. Meteor dan asteroid misalnya, hanyalah sebagian kecil yang mungkin menjadi ancaman terhadap bumi dari luar angkasa. Adapun bumi yang tampaknya kokoh, bagian dalamnya memiliki inti dari berbagai elemen cair. Tentu tidak berlebihan bila bagian yang tak terlihat mata ini dinamai "inti yang menyala". Memang ada pula atmosfer di sekeliling bumi, yang merupakan "perisai" terhadap ancaman-ancaman eksternal. Namun, tak ada satu pun bagian dari bumi yang kebal terhadap dampak kekuatan atmosfer seperti hujan badai atau angin topan.

Berbagai bencana alam dapat menyerang kapan saja, menyebabkan kehilangan harta dan nyawa. Gempa bumi, halilintar, banjir, kebakaran hutan, hujan asam, dan gelombang pasang, yang umum disebut bencana "alam", memiliki intensitas dan akibat yang berbeda-beda. Kesamaan dari semua bencana tersebut adalah mereka mampu dalam seketika membuat sebuah kota , berikut seluruh penghuninya, tinggal reruntuhan belaka. Yang paling penting, tak ada manusia yang memiliki kekuatan untuk melawan ataupun mencegah bencana alam ini.

Api yang disulut oleh seorang pembakar rumah di tebing kering diatas Pantai Laguna, California, memicu kebakaran kota yang paling buruk di tahun 1993. Api menghanguskan sekitar 14.000 acre (kl. 6500 ha) dan sebanyak 441 rumah. Kompleks perumahan Mystic Hill menderita kerugian terbesar, dengan 286 rumah menjadi abu.1

Kehancuran besar merupakan peninggalan dari malapetaka di semua penjuru planet ini. Sekalipun begitu, suatu bencana selalu berpengaruh hanya pada wilayah tertentu, berkat keseimbangan alam yang rumit yang diciptakan Allah. Ada perlindungan penting di bumi untuk semua makhluk hidup, termasuk manusia. Walau begitu, kemungkinan terjadinya bencana alam yang menghancurkan selalu mengintai. Allah menciptakan bencana-bencana alam itu untuk memperlihatkan pada kita betapa terkadang tempat hidup kita sangat tidak aman. Gejolak alam ini merupakan peringatan kepada seluruh umat manusia bahwa kita tak mampu mengendalikan apa pun di muka bumi ini. Demikian juga, setiap bencana alam dimaksudkan untuk mengingatkan kita pada kelemahan yang sudah melekat pada diri kita. Semua ini tentunya peringatan bagi siapa yang dapat merenungkan arti peristiwa-peristiwa itu dan mengambil pelajaran darinya.

Apa lagi yang harus dipelajari manusia dari bencana alam?

Dunia ini diciptakan khusus bagi manusia. Alasan mengapa manusia diciptakan, telah jelas sekali diterangkan dalam ayat ini:

Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya (Singgasana-Nya) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Huud, 11: 7)

"Latar" dari "ujian" ini sungguh luas, dan setiap kejadian merupakan bagian dari latar yang rumit itu. Lebih jauh lagi, tak ada fenomena alam yang terjadi tanpa sebab; semua memiliki penjelasan ilmiah. Misalnya, kekuatan gravitasi bumi membuat kita tak melayang ke angkasa; hujan jatuh saat uap air mencapai tingkat jenuh tertentu.

Hubungan sebab akibat ini juga berlaku bagi kematian, kecelakaan atau penyakit. Banyak hal yang menyebabkan mengapa seorang manusia mati, sakit, atau mengalami kecelakaan. Namun, yang terpenting bukanlah banyaknya penyebab, melainkan "ketahanujian" sistem di mana sebab-akibat ini berlangsung. Satu aspek khusus yang penting dalam sistem ini: setiap peristiwa terjadi dengan cara yang dapat dimengerti manusia. Allah memperingatkan manusia melalui bencana alam. Gempa bumi, misalnya, menyebabkan ribuan wanita dan anak-anak mati, dan lebih banyak lagi yang terluka. Mereka yang tidak memedulikan peringatan Allah cenderung menyebut kejadian seperti ini sebagai fenomena "alam" dan tak mampu memahami bahwa Allah menciptakannya untuk tujuan tertentu. Mari kita berpikir sejenak: apa yang akan terjadi bila yang mati akibat suatu gempa bumi hanyalah mereka yang berdosa pada Allah? Bila demikian, dasar yang tepat untuk "ujian" bagi umat manusia tidak akan tegak. Itulah sebabnya Allah menciptakan masing-masing fenomena dengan latar "alam". Hanya mereka yang sadar akan keberadaan Allah dan memiliki pemahaman mendalam akan ciptaan-Nyalah yang mengerti alasan ilahiah di balik tampilan "alam" ini.

Dalam ayat "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati; Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan" (QS. Al Anbiyaa', 21: 35), Allah mengatakan bahwa Dia menguji manusia baik melalui kejadian-kejadian yang baik maupun buruk.

Banyaknya orang yang menjadi korban bencana merupakan teka-teki ujian itu. Manusia harus selalu ingat bahwa Allah adalah Hakim Yang Mahatahu dan "diberi keputusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil." (QS. Az-Zumar, 39: 75)

Semua peristiwa yang terjadi pada seseorang dalam hidupnya adalah bagian dari ujian tersebut. Mereka yang benar-benar beriman akan memahami inti dari teka-teki itu. Kapan pun musibah menimpa mereka, mereka berpaling kepada Allah dan bertobat. Mereka adalah hamba Allah dan meyakini janji-Nya:

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqa-rah, 2: 155-157)

Sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut, orang yang beriman dan orang yang tidak beriman diuji dengan berbagai cara: terkadang dengan bencana alam, atau sesuatu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita, terserang penyakit atau kecelakaan. Musibah seperti itu terjadi pada individu atau sekelompok masyarakat, dan menyebabkan kerugian materi serta penderitaan batin. Bisa saja seorang yang kaya menjadi bangkrut, seorang gadis cantik mengalami luka berat di wajahnya, atau sebuah kota luluh lantak akibat gempa bumi. Hal ini memperlihatkan bagaimana setiap kejadian dapat mengubah hidup kita.

Manusia harus mampu mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian ini. Sesungguhnya, Allah tidak menciptakan apa pun tanpa tujuan; setiap bencana merupakan peringatan bagi umat manusia, dengan maksud untuk menyelamatkan manusia dari pembangkangan mereka. Dalam Al Quran, Allah berfirman bahwa tak ada yang terjadi di muka bumi ini tanpa izin-Nya:

Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghaabun, 64: 11)

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali 'Imran, 3: 145)

Pelajaran lain yang harus diambil dari bencana alam adalah bahwa manusia yang menganggap dirinya memiliki kekuatan di atas muka bumi, menyadari bahwa ia sesungguhnya lemah dan benar-benar tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi bencana yang terjadi dengan seketika atas kehendak Allah. Manusia tak dapat menolong dirinya sendiri ataupun orang lain. Tentu saja Allah-lah yang Mahakuasa. Ini dinyatakan dalam ayat berikut:

Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Menguasai atas segala sesuatu. (QS. An'aam, 6: 17)

Dalam bab ini, akan diberikan penjelasan yang menyeluruh mengenai berbagai macam bencana yang mempengaruhi bumi. Tujuannya adalah untuk mengingatkan manusia bahwa dunia ini bukanlah tempat untuk dicintai dengan membuta. Bencana-bencana alam ini menunjukkan betapa kita sangat membutuhkan petunjuk dan pertolongan Allah. Ketergantungan ini merupakan bukti nyata bahwa manusia tak berdaya di hadapan Allah, sebagaimana diungkapkan dalam ayat: "dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah." (QS. Al 'Ankabuut, 29: 22)

GEMPA BUMI

Gempa bumi adalah kekuatan alam di bumi yang paling menghancurkan. Jumlah kematian terbesar terjadi saat gempa bumi. Penelitian mengungkapkan bahwa setiap dua menit suatu tempat di permukaan bumi mengalami keretakan. Berdasarkan statistik, bumi bergoncang jutaan kali dalam setahun. Rata-rata, dari jumlah jutaan itu, intensitas 300 ribu gempa tergolong gempa minor; getarannya tak terasa dan tak menyebabkan kerusakan sama sekali. Sedangkan, dua puluh gempa lainnya merupakan gempa yang sangat kuat yang menggoncangkan bumi. Namun, karena kerap kali tidak terjadi di wilayah padat penduduk, gempa bumi jenis ini tidak memakan banyak korban jiwa dan hanya menyebabkan sedikit kerugian ekonomis. Dari gempa-gempa ini, hanya lima yang menghancurkan gedung-gedung menjadi tumpukan puing-puing.

Informasi ini memperlihatkan bahwa manusia tidak sering menghadapi gempa bumi. Jelas, ini merupakan perlindungan khusus dari Allah bagi manusia terhadap bencana alam.

Di zaman kita, hanya sebuah kota atau suatu daerah yang menjadi korban gempa bumi hebat. Namun, dengan kehendak Allah, sebuah gempa bumi yang merusak seluruh bumi ini bisa terjadi kapan saja. Goncangan dahsyat seperti ini mampu mengakhiri kehidupan di muka bumi. Struktur bumi sangat rentan terhadap gempa; gerakan atau retakan yang tiba-tiba terjadi di kerak bumi ataupun lapisan di atasnya akan mengakibatkan malapetaka yang tak terhindarkan lagi.

Gempa bumi tidak memiliki hubungan dengan jenis tanah yang menguatkan efek gelombang seismik yang melintasinya. Gempa bumi tetap mungkin terjadi bahkan saat tak ada kondisi alam penyebab gempa. Atas kehendak Allah, sebuah gempa bumi dapat terjadi kapan saja. Namun, Allah menciptakan dengan khusus ketidak-kokohan dan ketidak-stabilan di beberapa bagian muka bumi. Ini untuk mengingatkan manusia bahwa, kapan pun juga, peristiwa yang tak diharapkan dapat membuat hidup mereka dalam bahaya. Dalam Al Quran, Allah memperingatkan manusia pada bencana yang mungkin terjadi:

Maka apakah orang-orang yang berbuat makar yang jahat itu merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari? (QS. An-Nahl: 45)

Pada titik ini, akan sangat bermanfaat untuk mengingat sebuah gempa bumi dahsyat, yang terjadi di abad ke-20.

Gempa bumi yang menggoncangkan bumi hanya dalam beberapa detik ini dapat terjadi berulang kali selama berjam-jam, bahkan berhari-hari. Ini tentu saja mudah bagi Allah. Bagaimanapun, dengan rahmat-Nya, Allah melindungi manusia dan dengan bencana ini mengingatkan ia selamanya bahwa ia tak memiliki kekuasaan apa pun dalam hidupnya.

TEKNOLOGI YANG DIKALAHKAN: KOBE

Tingkat kemajuan ilmu dan teknologi masa kini membuat manusia merasa bahwa mereka dapat menguasai alam. Meski demikian, mereka yang mempercayai pikiran semacam ini mungkin akan segera merasa kecewa. Teknologi adalah alat yang disediakan Allah untuk melayani manusia dan sepenuhnya berada dalam kekuasaan-Nya. Berbagai kejadian menunjukkan bahwa teknologi tercanggih sekalipun tak mampu mengendalikan alam.

Sebagai contoh, meski telah ada "teknologi antigempa" yang dikembangkan para ilmuwan Jepang, Kobe tetap menjadi korban dari kerusakan luas yang disebabkan oleh 20 detik guncangan hebat selama gempa tahun 1995. Struktur antigempa terkuat yang dibangun untuk menahan guncangan hebat ternyata runtuh begitu saja pada gempa berkekuatan 6,9 skala Richter. Selama tiga dasawarsa sebelumnya, pemerintah Jepang telah menanamkan 40 trilyun dolar dalam riset akademis untuk mengembangkan sistem peringatan atas gempa. Namun, segala upaya ini sama sekali tidak membawa hasil yang konklusif. Semakin mendekati pergantian milenium, para ilmuwan masih belum mampu merakit sistem peringatan yang mampu mengurangi dampak destruktif peristiwa seismik yang berbahaya. Kobe merupakan sebuah contoh terkini, di antara banyak lainnya, yang menunjukkan betapa rentan sebuah kota industri modern terhadap pola tak terduga dari serangan gempa.


Kobe, kota industri terpadat kedua di Jepang dan pelabuhan terbesar setelah Tokyo. Pada jam 5:46 pagi pada 17 Januari 1995, serangkaian guncangan hebat selama dua puluh detik menyebabkan kerusakan yang mengerikan. Hanya dua puluh detik, dan hancurlah segala sesuatu yang dimiliki manusia dengan kerja keras sepanjang hidupnya.

Publik diyakinkan bahwa teknologi modern yang dikembangkan untuk memprediksi gempa besar akan menyelamatkan mereka dari kehancuran total. Namun, setelah bencana yang mereduksi Kobe menjadi tumpukan puing, jelaslah bahwa belum ada teknologi untuk memperingatkan masyarakat umum terhadap bahaya ini. Juga jelaslah bahwa apa yang disebut "struktur antigempa" tidak memiliki ketahanan apa-apa terhadap gempa yang episentrumnya berada 15 mil di barat daya pusat kota Kobe.

Wilayah yang terkena dampak gempa bumi termasuk kota-kota padat, Kobe dan Osaka. Karena itulah terjadi kehancuran yang mengerikan, membunuh 5.200 orang dan melukai 300.000 lainnya. Total kerugian diperkirakan 200 miliar dolar 2


Pada bulan Februari 1988, badai topan menyerang Florida, mengakibatkan kehancuran besar. Topan menghancurkan gedung-gedung dan melemparkan mobil-mobil ke bangunan. (di samping dan di bawah) Mobil dan perabotan rumah tangga bertebaran karena topan.

Tentu saja ada pelajaran yang dapat diambil dari bencana seperti ini. Penghuni kota , yang terbiasa hidup senang, tiba-tiba dihadapkan kepada banyak kesulitan setelah bencana tersebut. Dalam keadaan terguncang, mereka tak dapat memperkirakan apa yang akan dilakukan dengan kehidupan mereka, jangankan membuat rencana untuk masa yang akan datang.

TOPAN, TORNADO…

Topan dan tornado adalah bencana alam yang sering dialami manusia. Bencana-bencana ini serta akibatnya merenggut ribuan nyawa setiap tahun. Keduanya adalah angin yang sangat kencang, yang dapat menyebabkan kerusakan besar pada kota-kota, membinasakan dan melukai penghuninya, melemparkan ribuan pohon, pondok, kotak telepon, mobil, dan bahkan bangunan bermil-mil jauhnya.

Topan besar biasanya akan menyebabkan gelombang laut raksasa naik tiba-tiba dari dasar laut. Dalam fenomena ini, badai yang dahsyat mengirimkan gelombang yang melaju dengan kecepatan ratusan mil per jam melintasi lautan menghantam pantai. Dalam kejadian seperti ini, air laut naik ke daratan dan hujan besar menyebabkan banjir hebat di daerah delta.


Sebuah tornado yang cukup besar untuk menyapu rumah-rumah dan mengubah kota menjadi reruntuhan.

Perubahan angin yang umumnya dirasakan begitu angin sepoi-sepoi yang sejuk menjadi badai dahsyat yang mampu memindahkan gedung tak diragukan mendorong kita untuk mencari kekuatan luar biasa yang membuat peristiwa seperti itu terjadi. Pemikiran serupa yang didiskusikan pada bagian gempa bumi juga benar untuk topan dan tornado: jika Allah mau, manusia akan dihadapkan pada berbagai bencana alam seperti itu sesering mungkin. Saat memulihkan diri dari bencana, manusia dapat tertimpa bencana lainnya. Dalam Al Quran, Allah mengingatkan manusia bahwa angin berada di bawah pengendalian-Nya:

Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang. Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (Rasul-Rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku. (QS. Al Mulk, 67: 16-18)


Pada Februari 1988, setelah topan melewati Florida, tumpukan kapal motor.

Walau demikian, Allah melindungi manusia dari bahaya. Adakalanya Dia mengirimkan kepada mereka badai yang hebat. Ini sudah tentu untuk memberi peringatan kepada manusia. Maksudnya adalah untuk mengingatkan manusia bahwa tujuan akhir mereka dalam hidup adalah untuk menjadi hamba Allah, bahwa mereka tak berdaya menghadapi kekuatan Allah dan bahwa mereka akan dihisab di Akhirat.

GUNUNG BERAPI

Sebagaimana getaran atau guncangan bumi yang disebabkan oleh gerakan atau retakan secara tiba-tiba dari massa bebatuan yang luas di dalam kerak bumi atau lapisan atasnya, letusan gunung berapi adalah bentuk bencana alam lain yang spektakuler. Terdapat sekitar 1500 gunung berapi aktif di seluruh dunia hari ini; 550 3 di antaranya berada di daratan sementara sisanya berada di bawah lautan. Gunung berapi ini dapat meletus kapan saja dalam bentuk yang sangat destruktif yang tak seorang pun dapat mengantisipasi sebelumnya. Ketika meletus, mereka dapat membinasakan penghuni kota-kota terdekat di samping menghancurkan panen dan menutupi tanah pertanian dengan debu.

Beberapa letusan yang membawa bencana besar yang terjadi abad ini sebagaimana yang terdahulu dalam sejarah membuat kesan yang terhapuskan dalam ingatan manusia. Letusan-letusan ini menyapu banyak kota dari peta dan membinasakan banyak komunitas.

Tentu saja ada pelajaran yang didapatkan dari letusan gunung berapi yang disaksikan dalam sejarah. Gunung Vesuvius di Italia, misalnya, mengubur Pompei, sebuah kota yang penghuninya menjalani kehidupan yang penuh penyelewengan susila, di bawah badai lava panas. Sungguh mengejutkan bagaimana 20.000 warga kota yang makmur ini mengalami sesak napas oleh aliran piroklastis yang menyapunya pada tanggal 24 Agustus 79.

Namun, di jaman kita tidak aktifnya gunung berapi dapat seringkali berakhir dengan tiba-tiba dan mereka dapat meletus pada saat-saat tak terduga dengan menyemburkan uap dan abu ribuan kaki ke angkasa. Sementara itu, aliran piroklastis menyapu wilayah menyebabkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada apa pun yang ditemuinya. Dampak merugikan lainnya dari letusan adalah awan gas dan abu yang berbahaya yang dibawa angin ke wilayah berpenduduk. Angin yang mengerikan ini, terkadang sekitar 90 mil per jam, membakar segala sesuatunya dan menelan kota-kota seperti kanopi penutup cahaya matahari.



(Atas) Sebuah gunung berapi yang sedang meletus. (Bawah) Bus di tengah lautan lava mengingatkan akan bencana Pompei.

Salah satu bencana terburuk dalam sejarah terjadi pada tahun 1883 ketika Krakatau di Hindia Timur meletus dahsyat, menimbulkan gelombang suara yang terdengar hingga 3000 mil jauhnya dan menciptakan gelombang tsunami yang tingginya lebih dari 125 kaki. Gelombang meratakan 165 desa pantai dan membunuh 36.000 orang .4


Menutupi seluruh horison pada bulan Juni 1991, awan gas bercampur abu yang membakar sebuah gelombang piroklastis yang mematikan dimuntahkan dari Gunung Pinatubo dalam salah satu letusan eksplosif terhebat di abad ke-20.
Penduduk sekitar Gunung Pinatubo menggunakan payung untuk berlindung dari hujan abu.5

Gunung berapi dikenang tidak hanya karena korban meninggal yang tinggi tetapi juga karena letusannya yang luar biasa destruktif dan tak dapat diperkirakan. Letusan Nevado Del Ruiz misalnya. Letusannya kecil secara intensitas. Jika dibandingkan, intensitasnya hanya 3% dari letusan Gunung St. Helena. Setelah dorman selama 150 tahun, Nevado Del Ruiz meletus di tahun 1985 dan melelehkan salju dan es di puncaknya. Begitu menghancurkannya lahar, sungai lumpur, yang mengalir dari tebing gunung ke lembah Sungai Lagunille, sehingga sekitar 20.000 penduduk di Armero, Kolumbia binasa, terkubur di dalam lumpur panas saat mereka sedang tidur. Peristiwa ini adalah bencana gunung berapi terburuk semenjak Gunung Pelee menghancurkan kota St. Pierre pada tahun 1902. Gunung Pelee memakan 30.000 korban ketika ia mengirimkan nuee ardente, atau aliran piroklastis, ke kota St. Pierre.6

Allah memperlihatkan bagaimana dengan seketika manusia menemui kematiannya melalui bencana seperti itu dan dengannya memanggil manusia untuk merenungkan tujuan keberadaannya di muka bumi. Peristiwa-peristiwa ini menyampaikan "peringatan". Yang diharapkan dari manusia, yang dapat memahami Penciptanya yang Mahakuasa, adalah untuk tidak terlalaikan dalam urusan kehidupan yang singkat selama 50-60 tahun dan melupakan hidup yang abadi, hari akhirat. Kita hendaknya selalu ingat bahwa kematian akan datang kepada semua manusia suatu hari dan bahwa semua orang akan diadili di hadapan Allah:

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (QS. Ibrahim, 14: 48)

TSUNAMI

Gelombang laut seismik atau gelombang tidal disebabkan oleh naik atau turunnya lantai laut secara mendadak atau letusan vulkanis. Sebagian tsunami sama destruktifnya dengan bom atom.


Gelombang air raksasa (tsunami) terkadang dapat menelan kota-kota pantai.

BANJIR

Allah sudah pasti menciptakan semua bencana ini sebagai "peringatan" bagi manusia. Dia agung dalam kekuasaan dan menguasai segala sesuatu. Allah mempersaksikan ini dalam ayat: "Dia-lah yang bekuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu," (QS. Al An'aam, 6: 65). Keberadaan begitu banyak ancaman fisik yang serius di seluruh dunia tidak meragukan lagi memperjelas satu realitas penting. Dengan berbagai bencana, hanya dalam hitungan detik, Allah dapat mengambil kembali apa saja yang telah dianugerahkan-Nya kepada manusia. Malapetaka dapat menyerang di mana saja, kapan saja. Ini merupakan sebuah petunjuk jelas bahwa tidak ada tempat di dunia yang dapat menjamin keamanan seseorang. Allah menyatakan ini dalam ayat berikut:

Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS. Al A'raaf, 7: 97-99)

Di tahun 1997-1998, "El-Niño" mengamuk di banyak kota. Kerugian total di seluruh dunia ditaksir sekitar 20 miliar dolar. 7 (Atas) Sebuah kota diserang El-Niño Walaupun air sangat penting bagi kehidupan di bumi, banjir yang menghancurkan tetap menjadi ancaman.


Hujan es dengan kecepatan hampir 100 mil per jam menghancurkan jendela-jendela mobil di Tampa, Florida, selama hujan badai di tahun 1992 yang membawa kerugian properti sekitar 25 juta dolar.8 Atap sebuah rumah dirusak oleh batu hujan es.

Air, yang dikaruniakan-Nya kepada manusia, dapat saja suatu waktu menjadi bencana dengan kehendak Allah. Tidak terpahami bahwa manusia menyaksikan satu atau dua banjir setiap tahun dan masih saja mengacuhkan kemungkinan mengalami sendiri bencana seperti itu.

SEBUAH PELAJARAN DARI SEJARAH: TITANIC

Sejarah penuh dengan kisah orang-orang yang mengandalkan diri pada terobosan teknologi dan sepenuhnya mengabaikan kekuasaan Allah. Justru karena itulah banyak bencana telah terjadi sepanjang sejarah sebagai pelajaran yang pahit bagi siapa saja. Masing-masing dari peristiwa ini penting dalam artian mengingatkan manusia bahwa baik kekayaan ataupun kekuatan, sains maupun teknologi tidak memiliki daya untuk menolak kehendak Allah.

Banyak contoh dari peristiwa seperti ini dapat diberikan. Yang paling diketahui adalah Titanic yang terkenal, sebuah kapal samudra besar dengan tinggi 55 meter dan panjang 275 meter, yang karam hampir 90 tahun yang lalu. Titanic, yang dimaksudkan sebagai "hinaan terhadap alam", adalah projek raksasa yang melibatkan sebuah tim insinyur dan lima ribu pekerja. Hampir semua orang benar-benar yakin bahwa kapal ini tidak akan pernah tenggelam. Kapal samudra merupakan karya besar teknologi dengan banyak kemajuan teknik yang meninggalkan batasan zamannya. Namun mereka yang mengandalkan prowess teknis kapal itu tidak mempertimbangkan satu fakta yang dinyatakan dalam ayat, "Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku," (QS. Al Ahzab, 33: 38) dan bahwa setiap orang cepat atau lambat akan menjumpai takdirnya. Akhirnya, sebuah kekeliruan kecil menyebabkan kapal itu tenggelam dan teknologi maju tidak dapat menyelamatkan Titanic dari akhirnya yang pahit.

Dari apa yang diceritakan mereka yang selamat, kebanyakan penumpangnya berkumpul di dek untuk berdoa ketika mereka menyadari kapal itu akan segera karam. Dalam banyak bagian Al Quran, kecenderungan perilaku manusia ini diulang-ulang. Pada saat-saat kesulitan besar dan bahaya, manusia dengan tulus berdoa dan meminta pertolongan dari Penciptanya. Namun, setelah diselamatkan dari bahaya, mereka segera berpaling tanpa rasa syukur:

Tuhanmu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu. Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih. Maka apakah merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkirba-likkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? Dan kamu tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi kamu; atau apakah kamu merasa aman dari dikembalikan-Nya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin topan dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami. (QS. Al Isra', 17: 66-69)

Seseorang mungkin tidak pernah mengalami bencana seperti itu, namun dia seharusnya ingat bahwa pada suatu ketika seseorang mungkin mendapati hidup dilucuti hingga ke dasar-dasarnya. Karena itu, manusia seharusnya selalu menyibukkan diri dengan mengingat Allah karena "kekuatan seluruhnya adalah milik Allah." (QS. Al Baqarah, 2: 165) Di lain pihak, begitu malapetaka menyerang, seseorang mungkin tidak mempunyai kesempatan untuk mengubah kelakuannya yang tidak bersyukur kepada Allah dan bertobat kepada-Nya. Kematian dapat datang sangat seketika:

Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan dekatnya kebiasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman selain kepada Al Quran itu? (QS. Al A'raaf, 7: 185)


Berbagai perabotan dan barang yang digunakan di Titanic. Bersama kapal penumpang besar ini, semua perlengkapan ini ikut terkubur di kedalaman samudra. Kini, sangat sedikit orang di dunia yang masih ingat para pemilik barang-barang ini.

DENGAN KASIH SAYANG ALLAH

Maka masing-masing Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. Al Ankabuut, 29: 40)

Pembahasan sejauh ini dimaksudkan untuk mengingatkan mereka yang melupakan tujuan penciptaan mereka akan sebuah fakta penting: segala sesuatu di bumi diadakan oleh Allah, Sang Pencipta semesta alam materi. Dengan kata lain, keberadaan segala sesuatu adalah akibat dari kehendak Allah. Karenanya, tidak ada yang memiliki keberadaan terpisah dari Allah. Al Quran mengungkapkan kepada kita bahwa tidak ada yang berada di luar pengendalian Allah: "Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya." (QS. Yusuf, 12: 21)

Namun begitu, sebagaimana Allah menjelaskan dalam bagian kedua ayat tersebut, kebanyakan manusia tidak menyadari hal ini. Mereka beranggapan, selama perjalanan hidup mereka, bahwa tidak ada kemalangan apa pun yang akan menimpa mereka, tidak pernah memikirkan bahwa mereka pun rentan terhadap bencana-bencana yang menghancurkan tersebut. Kita merasa bahwa "orang lain" mengalami peristiwa yang mengerikan itu dan "kita" akan selalu hidup dalam keselamatan. Berita tentang bencana, kecelakaan atau wabah tentu membuat kita bersimpati terhadap mereka yang tertimpa. Kita tentu merasakan kesedihan mereka; namun, begitu bencana menyusut di dalam ingatan, kita menjadi kurang peduli dan perilaku sedemikian terbukti menjadi minat yang berlalu bagi kita. Begitu kita membenamkan diri ke dalam arus kehidupan sehari-hari atau menghadapi berbagai masalah pribadi, kita segera mengembangkan rasa apati dan mengabaikan mereka yang telah mengalami bencana.

Namun demikian, anggapan bahwa setiap hari dalam kehidupan seseorang akan senantiasa sama adalah keliru. Hal ini nyata dari peringatan Allah. Sudah tentu, mereka yang tertimpa bencana tidak mengetahui bahwa bahaya alam akan mencerai-beraikan kehidupan mereka. Mereka tentu saja mengawali hari itu sebagaimana biasa, berpikir bahwa hari itu akan sama dengan sebelumnya. Namun, ternyata sebaliknya yang terjadi. Kemungkinan besar, tidak pernah terpikir oleh mereka bahwa pada hari khusus itu akan terjadi perubahan drastis dalam kehidupan mereka, yang akan mengubah hidup mereka menjadi perjuangan berbahaya. Pada kesempatan sedemikian, hidup menyusut kepada kebenarannya yang paling sederhana. Tentu saja, beginilah Allah mengingatkan manusia bahwa rasa aman di dunia ini adalah palsu.

Namun, kebanyakan manusia tidak memperhatikan hal ini. Mereka lupa bahwa hidup itu singkat dan sementara, dan mengabaikan bahwa mereka akan diadili di hadapan Allah. Pada keadaan lalai ini, mereka menghabiskan hidup mereka dengan mengejar keinginan sia-sia, bukannya hidup untuk ridha Allah.

Dipandang dari poin ini, kesulitan adalah sebuah bentuk kasih sayang Allah. Allah menunjukkan sifat sebenarnya dari dunia ini dan mendorong manusia bersiap untuk kehidupan selanjutnya. Karena inilah, apa yang disebut sebagai kemalangan sebenarnya merupakan kesempatan yang ditawarkan oleh Allah. Berbagai kemalangan ini ditimpakan kepada manusia sehingga mereka dapat bertobat dan memperbaiki tingkah laku mereka. Pelajaran yang hendaknya diambil dari bencana-bencana tersebut disebutkan dalam sebuah ayat:

Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? (QS. At-Taubah, 9: 126)


1. National Geographic, July 1988, hal.29
2. H.J.de Blij, M.H.Glantz, S.L.Harris, Restless Earth, The National Geographic Society, 1997, hal.8
3. H.J.de Blij, M.H.Glantz, S.L.Harris, Restless Earth, The National Geographic Society, 1997, hal.8
4. H.J.de Blij, M.H.Glantz, S.L.Harris, Restless Earth, The National Geographic Society, 1997, hal.64
5. H.J.de Blij, M.H.Glantz, S.L.Harris, Restless Earth, The National Geographic Society, 1997, hal.18-19

6. H.J.de Blij, M.H.Glantz, S.L.Harris, Restless Earth, The National Geographic Society, 1997, hal.64
7.
The Guinness Book of Amazing Nature, hal.60
8. H.J. de Blij, M.H. Glantz, S.L. Harris, Restless Earth, The National Geographic Society, 1997, hal.105

Sumber :

http://www.harunyahya.com/indo/site/kehidupan/bencana.html

4 September 2009

Korban Tewas Gempa Tasikmalaya Terus Bertambah


Hingga Jumat (4/9), jumlah korban meninggal akibat gempa tektonik yang berpusat di Tasikmalaya, Jawa Barat, mencapai 59 orang. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menghimpun data tersebut di sembilan kabupaten di sekitar pusat gempa.

Korban terbanyak tercatat di daerah Cianjur yang mencapai 22 orang, bahkan 37 orang dilaporkan masih hilang. Sementara warga yang mengungsi mencapai lebih dari 25 ribu orang. Tersebar di delapan kabupaten.

BNPB juga mencatat, setidaknya 10.000 unit rumah rusak berat. Data ini belum termasuk kerusakan ratusan fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, dan kantor. (4 September 2009)

Sumber :
4 September 2009
Sumber Gambar:

Berita ilmiah versus berita public, tentang prediksi gempa

Beberapa hari setelah gempa besar maka wartawan sangat haus dengan berita tentang dampak terhadap gempa tersebut dan apa yang akan dilakukan beberapa hari kedepan. Hal ini sangat realistis berhubung kekawatiran akan dampak berikutnya sangat tinggi, sehingga berita yang realistis sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan masarakat yang sedang trauma. Sangat tidak realistis apabila berita yang beredar adalah kemungkinan kejadian beberapa tahun yang akan datang, bahkan ratusan tahun yang akan datang. Berita yang tidak realistis dalam skala waktu sangat berbahaya bagi masarakat yang sedang ketakutan, karena tidak membantu keselamatan bahkan menambah kesengsaraan dan merepotkan aparat dalam penanganan paska bencana.

Kalau ungkapan tersebut di atas dapat dimaklumi, maka keselamatan masarakat yang sedang ketakutan untuk menghadapi dampak beberapa hari yang akan datang menjadi prioritas utama berita, sehingga berita tentang prediksi gempa besar yang akan terjadi beberapa tahun atau ratusan tahun yang akan datang merupakan berita yang sangat tidak sesuai diungkapkan. Persoalannya adalah bagaimana menyikapi wartawan pencari berita sensasional yang menggunakan momen momen besar paska bencana.

Tugas team BMKG ke lokasi bencana

1. Memantau gempa susulan memakai seismograph portable dekat dengan sumber gempa sehingga gempa kecil dapat terpantau dengan baik.
2. Hasil pantauan dapat dilihat langsung oleh masarakat bagaimana perkembangannya setiap hari.
3. Menjelaskan pada masarakat di lokasi pemantauan tentang hasil pantauan yang pada dasarnya adalah penurunan intensitas gempa, baik jumlah maupun skalanya.

Prediksi gempa bumi

Prediksi gempa bumi masih dalam taraf penelitian. Parameter prediksi adalah lokasi, besarnya dan waktunya. Perkiraan lokasi dan besarnya gempa dapat saja dilakukan, namun tantangan yang paling sulit adalah menjawab kapan gempa tersebut terjadi.

Berdasarkan sejarah gempa maka bisa dihitung probabilitasnya; makin kecil gempa maka makin besar probabilitasnya terjadi dilokasi yang memang potensi (seperti di daerah pertemuan lempeng tektonik). Sebaliknya makin besar gempanya maka makin kecil probabilitasnya.
Berdasarkan monitoring tanda-tanda pendahuluan (precursor) gempa bumi besar, maka secara fisika bisa kita ungkapkan bahwa apabila materi mengalami stress maka beberapa sifat materi tersebut mengalami perubahan yang dapat di monitor, seperti kepadatan, kandungan air, kandungan electron, sifat kemanignitan, sifat radio aktif dsb. Di daerah pertemuan lempeng tektonik terjadi akumulasi stress akibat tekanan pergerakan lempeng tektonik. Maka bisa dilakukan monitoring perubahan gravitas, electron, kemagnitan, tinggi air tanah, radon (radio aktif), seismic dsb. Sampai saat ini yang dapat dibuktikan adalah setelah gempa besar maka hasil monitoring sebelum terjadi gempa dikaji lagi. Hasilnya memang ada beberapa tanda menunjukkan gejala anomaly tertentu. Namun belum dapat disimpulkan bahwa tanda tersebut menandakan gempa akan terjadi, karena tanda tersebut sering juga muncul tanda tanpa disertai adanya gempa besar. Hal ini membuktikan bahwa prediksi gempa belum konsisten secara ilmiah dan belum dapat dikatakan sebagai teknologi yang dapat dipakai.

Cina mengoperasikan system prediksi gempa dengan memakai bermacam sensor seperti GPS (Global, Posisioning System), Gravity, magnit, radon, termasuk gejala tingkah laku binatang. Hasilnya memang beberapa kali sukses, namun lebih sering gagal memprediksi gempa besar.

Sumber :
http://www.bmg.go.id/data.bmkg?Jenis=Teks&IDS=5408481373414691018
4 September 2009

Mengukur Kekuatan Gempa

Kekuatan atau magnitudo gempa biasa dinyatakan dalam skala Richter atau skala lain yang merupakan pengembangan skala Richter. Gempa diukur dengan alat yang disebut seismograf. Alat ini mencatat getaran yang ditimbulkan oleh pergerakan permukaan tanah dalam bentuk garis-garis zig-zag yang menunjukkan variasi amplitudo gelombang yang ditimbulkan oleh gempa. Kenaikan satu unit magnitudo (misalnya dari 4.6 ke 5.6) menunjukkan 10 kali lipat kenaikan besar gerakan yang terjadi di permukaan tanah atau 30 kali lipat energi yang dilepaskan. Jadi gempa berkekuatan 6.7 skala Richter menghasilkan 100 kali lipat lebih besar gerakan permukaan tanah atau 900 kali lipat energi yang dilepaskan pada gempa berskala 4.7. Gempa besar berskala 8 atau lebih secara statistik terjadi rata-rata satu kali tiap tahun di dunia. Gempa berskala sedang (5-5.9) terjadi rata-rata 1319 kali dalam setahun di dunia. Gempa berskala 2.5 atau kurang terjadi jutaan kali dan biasanya tidak dapat dirasakan oleh manusia.

Selain dinyatakan dalam magnitudo besaran gempa juga sering dinyatakan dalam intensitas. Intensitas gempa adalah ukuran efek gempa di suatu tempat terhadap manusia, tanah dan struktur atau bangunan. Standar intensitas yangs ering digunakan adalah Modified Mercalli. Dalam standar ini skala I adalah gempa yang tidak terasa, skala II gempa yang dirasakan oleh beberapa orang yang sedang dalam posisi istirahat, terutama di bangunan tinggi, demikian seterusnya sampai meningkat ke skala VII untuk gempa yang merusakkan bangunan yang tidak dibangun dengan struktur yang baik tetapi hanya sedikit merusakaan bangunan yang dibangun dengan baik, dan skala XII untuk gempa yang menyebabkan kerusakan total, dan melemparkan benda-benda ke udara. (6 Januari 2005)

Sumber:
Nila Murti, geologist at Premier Oil
4 September 2009

Menyikapi Gempa: Berpikir Sebelum Bertindak

Think before act. Berpikir sebelum bertindak. Gampang diucapkan, tapi tak gampang melakukan.

Secara refleks, gempa membuat panik. Segala ilmu, pengetahuan dan latihan bisa jadi bubar dalam sekejap. Padahal gempa sudah terjadi di Indonesia sejak manusia belum ada.

Manusia hidup di alam dan bersama alam. Mustahil mengingkarinya. Sudah sepatutnya kita pahami baik-baik dan sikapi secara bijaksana.

Gempa yang terjadi di Sumatra Barat sore ini, Minggu (16/8) sekali lagi mengingatkan kita bahwa Indonesia terletak di daerah Cincin Api, The Ring of Fire. Catatan Survei Geologi Amerika Serikat, alias United States Geological Survey (USGS) menyebutkan sebagai berikut:

Earthquake Details

Magnitude 6.7

Date-Time

* Sunday, August 16, 2009 at 02:38:25 PM at epicenter

Location 1.397°S, 99.473°E

Depth 44.8 km

Region KEPULAUAN MENTAWAI REGION, INDONESIA

Distances 110 km WSW of Padang, Sumatra, Indonesia / 305 km SW of Pekanbaru, Sumatra, Indonesia

Seismograf USGS masih merekam 5 gempa besar susulan yang terjadi setelah gempa utama terjadi. Gempa susulan ber-magnitude 5.0-5.9, skala yang tak main-main. Kedalaman (depth) pusat gempa (epicenter) yang 44,8 km tergolong dangkal, dalam skala geologi.

Hingga tulisan ini dibuat belum bisa diketahui situasi di Kepulauan Mentawai, yang berada di atas pusat gempa. Sementara di Padang, tidak tercatat korban jiwa maupun bangunan rusak.

Korban jiwa karena gempa lazimnya terjadi karena terkena runtuhan bangunan. Penyebab lain adalah sapuan gelombang tsunami. Penyebab sekunder adalah korban yang jatuh lantaran mobilisasi kepanikan massa yang bisa berupa tergencet, tertabrak, terinjak-injak dan sejenisnya.

Sekali lagi kita pahami, bahwa kita hidup di alam dan bersama alam. Kita mustahil mengingkarinya. Takut akan alam pun bukan tindakan bijaksana, lantaran manusia dianugrahi akal budi untuk belajar, arif, cerdik dan bijaksana.

Tips praktis menjaga keselamatan jiwa pada saat terjadi gempa:

1. Segera lari ke tempat terbuka, agar tak terkena reruntuhan bangunan. Tak perlu membawa barang berharga karena jiwa Anda lebih berharga. Sekalian berlatih untuk tawakal dan tak bersikap mengagungkan kebendaan. Jika Anda berada dalam gedung bertingkat, turun menggunakan tangga darurat dan jangan menggunakan lift.

2. Jika berada dalam radius jarak 5 km dari garis pantai, segera mencari tempat tinggi untuk menghindari sapuan tsunami. Jika Anda tak berada dalam radius tersebut, tak perlu ikut panik mencari tempat tinggi. Jika dalam waktu 30 menit setelah gempa terjadi tidak ada surut laut mendadak, maka biasanya tidak terjadi tsunami. Tsunami pasti didahului surut laut mendadak dan tak lebih dari 30 menit sejak gempa utama terjadi.

Gempa akan selalu ada di Indonesia karena letak Tanah Air kita yang berada di The Ring of Fire. Dalam “27 Mei di Jogja, 3 Tahun yang Lalu” saya memberikan beberapa saran untuk menyikapi gempa, yakni:

1. Pemahaman tentang gempa

2. Tanggap darurat bencana

3. Tata ruang yang antisipatif

Kita sikapi semua dengan tenang dan kritis. Tak perlu terpengaruh suara-suara yang belum tentu keluar dari pihak yang terpelajar dan mengerti gempa secara ilmiah. Justru kita semakin sadar akan kedigdayaan alam, kebesaran kuasa Tuhan yang menciptakan alam dan ketidakberdayaan manusia yang justru tampak dalam keangkuhan atas alam dan sesama manusia sendiri.

Jika gempa membuat Anda gusar, mungkin beberapa hal berikut bisa mengobati:

1. Keberadaan Indonesia di The Ring of Fire memunculkan gunung api yang menyuburkan tanah dan menjadi obyek wisata.

2. Lava hasil aktivitas tektonik jika merambat ke permukaan dan menembus jenis batuan tertentu bisa menghasilkan mineral-mineral berguna dan jenis-jenis logam berharga, seperti emas, perak dan tembaga.

3. Panas dari aktivitas vulkanisme menjadi “dapur” yang bagusbagi source rock hidrokarbon. Jika mengalir ke rongga tertentu, yang cocok sebagai reservoar, bisa kita tambang sebagai minyak dan gas.

Kembali pada diri kita masing-masing. Mau menyikapi gempa secara panik atau menyikapinya secara kritis, adalah pilihan yang terpulang kepada masing-masing individu. Satwa saja bisa dengan tertib pergi dari tempat yang rawan gempa dan bisa mencari tempat berlindung tanpa panik dan berdesak-desakan. (16 Agustus 2009)

Sumber :

Kristupa W. Saragih

http://kristupa.kompasiana.com/2009/08/16/menyikapi-gempa-berpikir-sebelum-bertindak/

4 September 2009

Fakta Gempa

Gempa-gempa kecil tidak selalu berarti merupakan pendahuluan dari sebuah gempa besar.
Gempa kecil bisa jadi dipicu oleh kegiatan manusia seperti pengisian reservoir dan penyuntikan cairan kedalam sumur untuk memperbaiki mutu minyak maupun buangan. Tercatat beberapa kasus di sejumlah wilayah AS, Kanada, Jepang dan India.
Gempa terbesar terjadi di Chili pada 22 mei 1960 dengan kekuatan 9,5 skala Richter. Gelombang seismicnya menguncang seluruh bumi selama berhari-hari, fenomena ini yang di sebut dengan earth free oscillation.
Pendulum seismoscope pertama untuk mengukur getaran bumi selama gempa dibuat pada tahun 1751.
Tahun 1855, patahan pertama kali dikenal sebagai sumber gempa.
Hypocenter gempa adalah lokasi dibawah permukaan bumi dimana patahan mulai retak.
Epicenter gempa adalah lokasi tepat
diatas hypocenter dipermukaan Bumi.
Diperkirakan setiap tahun 500.000 gempa terdeteksi di dunia. Sebanyak 100.000 diantaranya dapat dirasakan, dan 100 diantaranya menyebabkan kerusakan.
Magnitude gempa diukur berdasarkan ukuran gempa. Di lokasi pengukuran dimanapun getaran dirasakan , magnitudenya adalah sama.
Intensitas gempa diukur berdasarkan getaran yang dihasilkan gempa. Angkanya bervariasi di tiap lokasi yang terkena efek gempa.
Tidak ada gempa akibat cuaca.
Kebanyakan gempa terjadi di kedalaman kurang dari 80 km di bawah permukaan Bumi.
Gempa paling awal yang tercatat secara lengkap adalah gempa di Shandong, Cina pada 1831 SM. Catatan seadanya dimulai pada 780 SM pada masa pemerintahan Zhou Dynasty di Cina.
Aristoteles menemukan pada 350 SM bahwa permukaan lunak berguncang lebih keras dibandingkan dengan permukaan keras sewaktu gempa.
Tahun 1760 Insinyur Inggris John Michell mencatat gempa disebabkan oleh pergeseran massa batuan di bawah permukaan.
Kebanyakan gelombang gempa memiliki frekuensi kurang dari 20 Hz. Jadi suara gemuruh yang didengar manusia adalah suara benda-benda yang terguncang. (21 Juni 2007)

Sumber:

Angkasa 2005, dalam :

http://karangsambung.lipi.go.id/?p=32

4 September 2009

Indonesia Kurang Pakar Gempa Bumi

Indonesia merupakan daerah rawan bencana, mulai gempa bumi, tsunami, puting beliung, erupsi volkano, longsor sampai banjir. Namun hanya sedikit pakar yang bergerak di bidang itu, terutama ahli gempa bumi.

“Pakar gempa bumi di Indonesia tidak lebih dari 10 orang, padahal Indonesia sangat berpotensi terjadi gempa bumi,” kata Supartoyo, peneliti pemetaan madya di Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, di Yogyakarta, Sabtu 20 Desember 2008.

Bahkan sampai kini belum ada universitas yang membuat fakultas atau jurusan gempa bumi. Menurut dia, Indonesia merupakan negara kepulauan yang rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Sebab, kata dia, wilayah ini terletak di tiga pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng benua Eurasia, samudera Indo-Australia dan lempeng samudera Pasifik. “Hal tersebut mengakibatkan sumber gempa bumi di laut maupun di darat,” ujar Supartoyo.

Lempeng Eurosia, kata dia, bergerak sangat lambat ke arah tenggara dengan kecepatan 0,4 sentimeter per tahun. Lempeng samudera Indo-Australia bergerak ke arah utara dengan kecepatan 7 sentimeter per tahun. Sedangkan lempeng samudera Pasifik merupakan lempeng dengan gerakan paling cepat, yaitu 11 sentimeter per tahun menuju arah barat. “Setiap tahun terjadi 5 hingga 12 kali gempa bumi yang merusak Indonesia,” kata dia.

Namun tiga lempeng itu tidak hanya menimbulkan kerusakan. Ada dampak positif yang ditimbulkan, yaitu berupa cekungan hidrokarbon atau minyak dan gas bumi, potensi energi panas bumi, mineral logam, hasil tambang dn tanah yang subur akibat endapan batuan rombakan gunung api muda.

Untuk mengatasi dampak negatif, kata Supartoyo, harus dilakukan mitigasi bencana gempa bumi untuk mengurangi risiko yang diakibatkan oleh gempa bumi.

“Penataan ada dua cara, nonstrukturl yaitu penataan ruang yang berbasis kebencanaan gempa bumi, peningkatan kemampuan dan kesadaran masyarakat yang bermukim di wilayah gempa,” kata dia. (20 Desember 2008)


Sumber: VIVANews dalam :

http://niasonline.net/2008/12/20/indonesia-kurang-pakar-gempa-bumi/

4 September 2009

Penyebab dan Tips Penanganan Gempa

Sekarang sudah terbukti kalau gempa bisa terjadi kapan saja dan dimana saja di dalam Ring of Fire. walau di sumbar/padang yang selalu di goyang gempa setiap hari tapi tak disangka2 malah yang besar di Tasikmalaya sampe ke ibukota. maka kita harus selalu waspada. kalau untuk yang berada di dalam gedung bertingkat tipsnya jangan lari ketika gempa karena hanya butuh 10 detik bagi gempa menghancurkan gedung. yg pertama dilakukan adalah berlindung. tempat belindung hindari tangga, tembok dan lantai karena itu adalah yang dulu roboh. cari perlindungan di dekat tiang, kusen pintu, bawah meja yg kuat dll.

Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.

Penyebab Terjadinya Gempa Bumi

1. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
2. Aktivitas sesar di permukaan bumi
3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah
4. Aktivitas gunung api
5. Ledakan nuklir

Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa kebakaran, kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya.

Gejala dan Peringatan Dini

* Kejadian mendadak/secara tiba-tiba
* Belum ada metode pendugaan secara akurat

Tips Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi

Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang dapat dijadikan pegangan di manapun anda berada.

* Di dalam rumah
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah ke bawah meja untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal.
Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah terjadinya kebakaran.

* Di sekolah
Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku, jangan panik, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang, jangan berdiri dekat gedung, tiang dan pohon.

* Di luar rumah
Lindungi kepada anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.

* Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.

* Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.

* Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.

* Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.

* Di gunung/pantai
Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.

* Beri pertolongan
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada di sekitar anda.

* Dengarkan informasi
Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yag benar dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas.


Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi

1. Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan gempa.
2. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
4. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
5. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan gempa bumi.
6. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
7. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara - cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
8. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.
9. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
10. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.
11. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.
12. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
13. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.

Sumber :
Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia, Set BAKORNAS PBP dan Gempa bumi dan Tsunami, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral.

Tetaplah Tenang Bila Terjadi Gempa

Bencana alam memang tidak pernah dapat diramalkan secara tepat oleh manusia. Salah satu kemarahan alam yang paling tidak dapat diprediksi adalah gempa bumi. Salah satu penyebab gempa bumi adalah pergeseran lempengan permukaan bumi. Terkadang pergeseran lempengan tersebut terjadi di dasar laut. Tsunami dapat saja terjadi apabila hal tersebut terjadi.

Kali ini, CHIP akan memberikan beberapa tips apabila terjadi gempa dalam skala yang cukup besar.

1. Tetap tenang.

2. Matikan kompor gas apabila sedang dipakai. Selain itu, matikan saluran gas yang ada di dalam rumah Anda. Jangan lupa untuk mematikan api. Gempa bumi yang kencang dapat membuat goncangan yang dapat membuat benda tersebut meledak. Oleh karena itu, selalu siapkan alat pemadam api demi keamanan Anda.

3. Carilah lapangan terbuka. Gempa yang kuat dapat merobohkan bangunan. Oleh karena itu, apabila Anda berada di tempat terbuka, Anda dapat terhindar dari serpihan bangunan atau benda-benda yang berjatuhan.

4. Jika Anda berada di dalam gedung perkantoran atau Anda sedang bekerja di gedung bertingkat, sebaiknya Anda jangan terburu-buru untuk keluar. Tunggu sampai gempa sedikit mereda, setelah itu bawa kotak P3K dan keluarlah melalui jalur darurat yang telah disediakan sambil melindungi kepala.

5. Bagi Anda yang sedang berkendara, sebaiknya jangan langsung menggunakan rem darurat. Berhentilah perlahan-lahan ke kiri bahu jalan. Apabila melihat pompa bensin di dekat Anda, segera jauhkan mobil dan diri Anda. Ingat tips no 2? Ya betul, gas sangat mudah meledak. Selain itu, berhenti di bawah jembatan penyebarangan sangat tidak dianjurkan. (3 September 2009)

Source : Various
Author : Deliusno

Sumber :

http://www.chip.co.id/featured-tips/tetaplah-tenang-bila-terjadi-gempa.html

4 September 2009

Belajar dari Gempa Tasikmalaya

Gempa yang melanda Tasikmalaya memang mengenaskan. Bukan karena jumlah korban tewas yang "hanya" 30 orang lebih dan 40-an orang lain yang hilang. Tapi peristiwa itu menjadi bukti rapor merah kita atas hal ihwal bencana. Padahal, sudah sekian kali Indonesia terimbas bencana, tapi minim proses pembelajaran untuk mengatasinya. Mulai titik ini, kita harus lebih banyak "membaca" sebelum bencana datang menerpa.

Pelajaran pertama yang bisa diambil dari peristiwa kali ini adalah tidak adanya early worning system atau peringatan dini bencana. Keliru kalau kita hanya mendefinisikan peringatan dini bencana itu dari hal peralatan atau hardware belaka. Karena bagi saya, yang namanya peringatan dini bencana itu memiputi dua hal; hardware dan software. Hardware dalam hal ini berarti peralatan. Secara mudah hardware yang dimaksud di sini adalah peralatan yang digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda dini terjadinya bencana.

Dunia mengenal berbagai hardware peringatan dini bencana. Mulai warning system untuk bendungan (baca: dam), warning system untuk gempa bumi, tsunami warning system sampai warning system untuk rudal. Di Indonesia, hardware early warning system ini mulai ngetrend pasca tsunami di Nanggroe Aceh Darrussalam. Sistem peringatan dini juga dipasang di gunung berapi. Jumlahnya tentu saja belum banyak. Hanya di daerah-daerah yang disinyalir memiliki kemungkinan bencana alam tinggi.

Khusus untuk tsunami, berdasarkan Informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika Indonesia menyebutkan, baru pada 11 November 2008 Indonesia mengoperasikan Sistem Peringatan Dini Tsunami yang dikenal sebagai Ina TEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System). Sistem yang dibantu oleh lima negara donor, Jerman, Cina, Jepang, Amerika dan Prancis itu memiliki kemampuan menciptakan alert (baca: peringatan) 5 menit sebelum tsunami datang.

Namun, yang tidak kalah penting dari hardware early warning system adalah software atau pengetahun kepada masyarakat. Sudah banyak cerita-cerita local wisdom atau kearifan lokal di Indonesia yang secara tidak langsung menunjukkan "hebatnya" system software ini. Di daerah-daerah gunung berapi misalnya, penduduk setempat selalu memperhatikan tingkah laku binatang-binatang hutan. Sementara di Pulau Simeulue NAD, sejak kecil ibu-ibu di daerah itu selalu menyanyikan lagu untuk anak-anaknya tentang bagaimana menyelamatkan diri bila pasang (atau tsunami) menerjang. Hebatnya, ketika tsunami 2004 lalu menerja, penduduk Pulau Simeulue NAD, yang berada paling dekat dengan pusat gempa, justru minim korban.

Nah, mengapa hal semacam ini tidak dinasionalkan. Dalam bahasa lain, harusnya ada upanya sosialisasi pengenalan potensi-potensi bencana di berbagai daerah. Sebut saja di Sumatera dan Nias. Atau di khawasan gunung berapi di Pulau Jawa. Atau di wilayah pertambangan di Papua dan sebagainya. Dan, hal ini tidak berjalan sehari atau dua hari. Perlu adany upaya yang tersilabus dengan baik dan dilakukan dalam jangka panjang.

Berangkat dari peningkatan awareness kesadaran berada di “daerah berbahaya” itu, sekaligus memperkenalkan budaya baru membangun tempat tinggal yang tahan gempa. Ini sangat penting mengingat Indonesia berada di berbagai lempengan bumi dengan banyaknya gunung berapi aktif. Dan sekali lagi, ini bukan sesuatu yang mudah, karena menyangkut banyak yang terkait satu sama lain. Terutama soal pembiayaan. Namun setidaknya, 10 atau 30 tahun kemudian, perubahan prilaku akan berbuah minimnya jumlah korban. (3 September 2009)


Sumber :

Iman D. Nugroho

http://politikana.com/baca/2009/09/03/belajar-dari-gempa-tasikmalaya.html

4 September 2009